Wednesday, February 20, 2013

Space Transportation System Technology II







  • SOLID ROCKET BOOSTERS


    • EXTERNAL TANK


      • SPACE SHUTTLE COORDINATE SYSTEM

      • ORBITER STRUCTURE


        • ORBITER PASSIVE THERMAL CONTROL


        • ORBITER PURGE, VENT AND DRAIN SYSTEM

        • ORBITER FLIGHT CREW ESCAPE SYSTEMS


          • CREW EQUIPMENT



          • “Mystery creates wonder and wonder is the basis of man's desire to understand.”
            ~Neil Armstrong~


            • SPACE SHUTTLE ORBITER SYSTEMS

            • Bersambung

              Friday, February 1, 2013

              Space Transportation System Technology I


              "A man may die, nations may rise and fall, but an idea lives on." 
              ~John F. Kennedy~ 



              Bapak Teddy Lesmana, MM., Ph.D. Mengunjungi Museum Dirgantara dan Antariksa di USA.

              Perkembangan Teknologi Antariksa di Indonesia - Indonesia belum pernah terlibat secara langsung dalam eksplorasi ruang angkasa, tetapi Indonesia sebenarnya termasuk negara yang cukup disegani karena pengalamannya dalam mengeksploitasi teknologi keantariksaan. Saat penggunaan satelit bagi sebagian besar negara masih sangat jarang, Indonesia telah meluncurkan satelitnya yang pertama, Palapa A1 pada 9 Juli 1976. Ini mencatatkan Indonesia sebagai negara ketiga di dunia setelah AS dan Canada yang menggunakan satelit komunikasi domestiknya sendiri. Indonesia juga sudah memanfaatkan jasanya untuk meluncurkan satelit Palapa generasi kedua, Palapa B1, pada 19 Juni 1983.






              • ORBITER MANUFACTURING AND ASSEMBLY

              • OPERATIONAL IMPROVEMENTS AND MODIFICATIONS



              • Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang jarang dimiliki negara lain untuk mengembangkan teknologi antariksanya sendiri. Potensi itu berupa garis katulistiwa yang membentang di atasnya. Sekitar 13% dari garis katulistiwa berada di atas wilayah Indonesia. Dengan demikian, Indonesia tercatat sebagai negara pemilik garis katulistiwa yang terpanjang di dunia. Hal ini menjadikan wilayah Indonesia sebagai tempat yang sangat ideal untuk menjadi lokasi peluncuran roket pengangkut satelit. Peluncuran roket dari dekat garis katulistiwa akan lebih menghemat bahan bakar roket, dan karenanya lebih murah dari segi biaya.